Zuraida merenung kosong ke hadapan. Apalah nasib yang menimpa dirinya ini? Dia sudah berusaha kuat menjaga restorannya ini. Hanya 2 bulan dia sakit, semuanya hampir runtuh.
Pekerja lari. Pengurus mencuri duit. Pelanggan merungut. Malapetaka apakah yang menimpanya ini?
Seorang lelaki keluar dari dapur restoran. Zuraidah masih merenung kosong.
"Abang, bukankah kita sudah melakukan solat sunat Istikhorah?"
Sufian diam. Dia mengambil kerusi duduk bersebelahan Zuraida. Mukanya berkerut berfikir apakah jawapan terbaik yang boleh dia berikan kepada isterinya ini.
"Istikhorah bukanlah setakat Allah memberi jawapan," katanya perlahan. "Ia juga petanda buat kita mendapatkan lebih baik."
Zuraida diam. Entah kenapa jawapan yang diberikan suaminya itu melegakan hatinya yang lara ini.
Mereka berdua bangun keluar dari restoran. Pintu penutup kedai di tarik dari atas. Mereka memandang sesama sendiri sambil melihat papan tanda baru di hadapan mereka.
Sabtu, 20 Julai 2013
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
Popular Posts
Blog Archive
-
▼
2013
(33)
-
▼
Julai
(26)
- Istana Planet
- Rahsia Ibu
- Di sebalik fantasi
- Jom Menulis - Sebuah Motivasi Penulisan Kreatif
- Bahasa Jiwang Bangsa
- Bertindak Sebagai Penulisan
- Mengejar Impian
- Cincin sakti vs Tongkat sakti
- Lif rosak
- Aisyah
- Lelaki Tua Kampungan
- Cikgu Penyayang
- Restoran
- Montel
- Panduan menulis: Terus dan terus menulis
- Trafik light dan Awan
- Kisah sehelai kertas A4
- Penumbuk Angin
- Bunian pari berblog
- Merah dan Biru
- Herba Rahsia
- Herba segala demam
- Di sebalik kerudung putih
- Mengejar Bola yang Satu
- Amarah Malu
- Nasihat
-
▼
Julai
(26)
assalamualaikum,
BalasPadamsalam ukhwah dan salam ramadhan dari bunda...